Abdullah bin Umar adalah putra Khalifah
Umar bin Khattab. Pada masa muda, Abdullah bin Umar mendapat pendidikan
dari lingkungannya, yang selalu mendapat pembinaan semangat Islam. Dia
dididik oleh ayahnya yang disiplin dan taat kepada agamanya.
Pada Perang Badar dan Uhud, Abdullah bin
Umar tidak ikut perang. Pada Perang Khandak (parit), Abdullah bin Umar
ikut serta. Semenjak inilah Abdullah bin Umar ikut perang. Usia beliau
waktu itu baru lima belas tahun.
Abdullah bin Umar pada suatu malam yang
sunyi telah bermimpi yang aneh. Dalam mimpinya itu, dia duduk di masjid
sedang mengerjakan salat. Kemudian melihat ada yang turun mendekati dia
untuk mengajak pergi ke suatu tempat yang indah pemandangannya.
Lalu, Abdullah bin Umar menceritakan
tentang mimpinya itu kepada saudaranya, yaitu Hafsah, istri Nabi.
Sewaktu Nabi mendengarkannya, Nabi berkata, “Abdullah adalah seorang
anak yang cakap, sebaiknya engkau setiap malam lebih banyak berdoa dan
berzikir.”
Abdullah bin Umar dengan perasaan senang
dan ikhlas melaksanakan nasihat Nabi, beribadah sepanjang malam,
istirahatnya berkurang.
Pada waktu shalat ia menangis.
Kadang-kadang air matanya keluar, dan mohon ampun kepada Allah.
Sehingga, Rasulullah SAW merasa belas kasihan kepadanya. Maka, beliau
memberi julukan kepadanya yaitu “Anak muda yang cakap”.
Setelah Rasulullah SAW wafat, ia
senantiasa ingat apa yang pernah ia alami selama bergaul dengan Nabi.
Apabila membaca Alquran, dia sampai menangis. Demikian rasa takwa dan
takutnya kepada Allah SWT.
Dengan keakraban Abdullah bin Umar dengan Nabi, menyebabkan dapat menghayati ajaran yang terkandung di dalamnya.
Abdullah bin Umar pernah menjadi guru. Murid-muridnya datang dari berbagai tempat untuk belajar dan mendapat bimbingannya.
Mencontoh sifat-sifat Nabi Muhammad SAW
seperti cara memakai pakaian, makan, minum, dan lain-lain. Dengan dasar
inilah, ia dapat digolongkan seorang yang berjiwa besar. Dia disegani
dan dihormati.
Ketika wafatnya Utsman terjadi
huru-hara. Para sahabat menginginkan Abdullah bin Umar menduduki jabatan
khalifah, namun Abdullah bin Umar tidak menerima jabatan yang
dianggapnya besar itu. Abdullah bin Umar ingin memperbanyak amal ibadah
kepada Allah. Muawiyah pernah berpesan kepada anaknya, Yazid, “Abdullah
bin Umar memang terlalu sibuk dengan amaliah dan ibadah kepada Allah
SWT, sehingga dia tidak mau menerima tawaran menjadi khalifah itu.”
Mengerjakan shalat malam tidak pernah
lupa. Kain sajadah untuk sujud tetap terbentang dekat tempat tidurnya.
Sebelum tidur, beliau salat terlebih dulu. Sejenak tidur, bangun lagi
untuk mengambil air wudhu. Kemudian shalat beberapa rakaat. Hampir
setiap malamnya tidak kurang dari empat atau lima rakaat.
0 komentar:
Post a Comment