Friday 30 December 2011

ABDUL LAH BIN MAS'UD

Pada suatu hari, seorang anak gembala yang hampir baligh menghalau domba-domba gembalaannya di jalan jalan kedil perbukitan kota Makkah, jauh dan keramaian. Dia mengembalakan domba-domba kepunyaan seorang bangsawan Quraisy, Uqbah bin Muaith.

Orang memanggil nama anak itu Ibnu Ummi Abd" Sesungguhnya namanya yang asli "ABDULLAH" dan nama bapaknya "MASUD". Nama lengkapnya "ABDUL LAH BIN MASAD"
Anak gembala itu pernah juga mendengar berita berita mengenai Nabi yang baru diutus, serta dawah yang dilancarkannya. Tetapi gembala kecil ini tidak mem pedulikannya. Mungkin karena usianya yang masih kecil, dan karena jauhnya dan masyarakat Makkah, tempat dimulainya dawah tersebut.

Anak gembala ini rajin rnenggembalakan domba-domba majikannya. Pagi-pagi sekali dia sudah berangkat bersama domba ke tempat gembala, dan pulang setelah hri senja.
Hari itu, anak tersebut melihat di kejauhan dua orang laki-laki menuju ke arahnya. Keduanya. kelihatan sangat letih dan kehausan. Bibir dan kerongkongan mereka tampak kering.
Ketika keduanya telah sampai ke dekat anak gembala tersebut, mereka memberi salam dan berkata, "Hai, Bocah! Berilah kami susu dombamu sekedar untuk menghilangkan haus."
"Maaf, Pak! Saya tidak dapat memberi Bapak karena domba-domba ini bukan kepunyaan saya. Saya hanya sebagai gembala". jawabnya.

Kedua laki-laki tersebut tidak membantah jawaban anak gernbala itu. Bahkan di wajah keduanya jelas kelihatan mereka menyukai jawabannya. Seorang di antara keduanya berkata, "Bawalah kemari seekor domba betina yang belum kawin!"

Anak itu mengambil seekor anak domba, lalu dibawanya ke dekat mereka. Orang itu mernegang domba tersebut dan meraba-raba susunya dengan membaca "Basmallah ". Si anak gembala bingung, dan berkata kepada dirinya sendiri, "Mana mungkin anak domba dapat diperas air susunya!"

Tetapi sebentar kemudian susu anak domba itu membengkak, dan setelah itu air susunya memancar berlimpah-limpah. Laki-laki yang seorang lagi mengambil sebuah batu cekung lalu diisinya dengan susu dan diminurnnya berdua dengan kawannya. Kemudian anak itu diberinya pula dan mereka ketiganya minum bersama-sama. Anak itu hampir tidak percaya kepada apa yang dilihatnya dan dialaminya. "Ajaib sungguh" kata anak gembala.

Setelah mereka minum sepuas-puasnya, orang yang penuh berkat itu berkata, "Berhenti!"
Sebentar kemudian air susu domba berhenti mengalir, dan teteknya kempes kembali seperti semula. Si anak gernbala berkata kepada orang yang penuh berkat, "Ajar kanlah kepada saya bacaan yang Tuan baca tadi."
"Engkau anak pintar!" jawab orang luar biasa yang penuh berkat itu.
Kisah di atas adalah permulaan kisah "Abdullah bin Masud dalam Islam.
Orang yang penuh berkat itu tidak lain melainkan Rasulullah saw. Sedangkan kawannya ialah Abu Bakar Shiddiq Radhiyallahu Anhu. Mereka pergi ke perbukitan Makkah pada hari itu, menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak rnereka ingini karena tindakan Kaum Quraisy yang keterlaluan dan sok kuasa
Sejak peristiwa itu, Abdullah bin Masud (si anak gembala) jatuh cinta kepada Rasulullah dan sahabatnya. Dia merasa terikat kepada keduanya. Sebaliknya Rasulullah kagum kepada anak itu. Walaupun dia seorang anak gembala, sehari-harian terjauh dari masyarakat ramai, tetapi dia cerdas, jujur, bertanggung-jawab, bersungguh-sungquh dan teliti.

Tidak berapa lama setelahnya, Abdullah bin Masud masuk Islam. Dia mendatangi Rasulullah dan memohon kepada beliau agar diterima menjadi pelayan beliau. Rasulullah menerimanya.
Sejak hari itu Abdullah bin Masud tinggal di rumah Rasulullah. Dia beralih pekerjaan dari gembala domba menjadi pelayan Utusan Allah dan Pemimpin Ummat.
Abdullah bin Masud senantiasa mendampingi Rasulullah bagaikan sebuah bayang-bayang dengan bendanya. Dia selalu menyertai beliau kemana pergi, di dalam rumah maupun di luar rumah. Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk beliau mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi, dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan sikat gigi. Menutupkan pintu kamar apabila beliau masuk kamar hendak tidur.

Bahkan Rasulullah mengizinkan Abduliah memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau mempercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa kuatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Abdullah bin Masud dijuluki orang dengan Shahibus Sirri Rasulullal, (pemegang rahasia Rasulullah).

Abdullah bin Masud dibesarkan dan dididik dengan sempurna dalam rumah tangga Rasulullah. Karena itu tidak heran kalau dia menjadi seorang yang sempurna terpelajar, berakhlak tinggi, sesuai dengan karakter dan sifat-sifat yang dicontohkan Rasululiah kepadanya. Pendidikan Rasulullah kepadanya, diterapkan Abdullah dalam dirinya dengan disiplin kuat dalam segala situasi dan kondisi. Sampai-sarnpai orang mengatakan, "karakter dan akhlak Abdullah bin Masud paling mirip dengan akhlak Rasul ullah ".
Di samping itu, dia belajar di Madrasah Rasulullah. Karena itu memang pantas dia menjadi sahabat yang sangat baik membaca Qurán, sanqat paham maknanya, dan sangat alim tentang syariat Islam.
Sebuah berita kami sajikan untuk membuktikan hal itu.

Ketika Khalifah Umar bin Khaththab berada di Ara fah, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghadap beliau seraya berkata, "Ya, Amirul Muminin! Saya datang dari Kufah sengaja untuk menghadap Anda. Di sana ada seorang yang mahir Al Quran seutuhnya di luar kepala. Bagaimana pendapat Anda tentang orang itu?"
Umar marah mendengar pertanyaan itu. Belum pernah dia semarah itu, sehingga dia menarik nafas panjang panjang.
"Siapa dia?" tanya Umar.
Abdullah bin Masud,"jawab orang itu.
Kemarahan Umar mendadak padam. Seketika itu juga mukanya kembali cerah.
Kata Umar, "Demi Allah! Setahu saya tidak ada lagi orang yang lebih alim daripadanya dalam urusan itu. Akan saya ceritakan kepada Anda satu kisah mengenai nya. Pada suatu malam Rasulullah bercincang-bincang di rumah Abu Bakar membicarakan urusan kaum muslimin. Saya turut dalam pembicaraan tersebut. Selesai berbincang-bincang, Rasulullah pergi. Saya dan Abu Ba kar pergi pula mengikuti beliau. Tiba-tiba kami melihat seseorang — mula-mula tidak kami kenali — sedang shalat di masjid. Rasulullah berdiri mendengarkan bacaan orang itu. Kemudian beliau berpaling dan berkata kepada kami, "Siapa yang ingin membaca Quran dengari baik seperti diturunkan Allah, bacalah seperti bacaan Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Masud)."
Kemudian Abdullah duduk dan mendoa. Rasullullah rnengaminkan doanya.

"Saya berkata dalam hati," kata Umar selanjutnya, "Demi Allah! Besok pagi saya akan mendatangi Abdullah bin Masud memberi kabar gembira kepadanya bahwa Rasulullah mengaminkan doanya. Ketika saya mendatanginya besok pagi, kiranya Abu Bakar telah lebih dahulu menyampaikan kabar gembira itu kepada Abdullah. Abu Bakar memang selalu lebih cepat daripada saya dalam soal kebaikan."

Abdullah bin Masud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabuflah (Al Quran) sebagai berikut:
"Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia! Tiada satu ayat pun dalam Al Quran, melainkan aku tahu di mana diturunkan dan dalam situasi bagaimana. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada saya, niscaya saya datang belajar kepadanya."

Abdullah bin Masud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Cerita Umar bin Khaththab di bawah ini memperkuat ucapan Abdullah tersebut. -
Pada suatu malam ketika Khalifah Umar bin Khathab sedang dalam suatu perjalanan, beliau bertemu dengan sebuah kafilah. Malam sangat gelap bagaikan beratap kemah, menutup pandangan setiap pengendara. Abdullah bin Masud berada dalarn kafilah tersebut.

Khalifah Umar memerintahkan seorang ajudan supaya menanya kafilah.
"Hai, kafilah! Dari mana kalian?" teriaknya bertanya.

"Min fajjil amiq" (dari lembah nan dalam), jawab Abdullah.

"Hendak ke mana kalian?"

"Ke Baitul Atiq" (ke rumah tua =Baitullah), jawab Abdullah.

Kata Umar, Di antara mereka pasti ada orang yang sangat alim.

` Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, "Ayat Quran manakah yang paling agung?"

Jawab Abdullah,

"(Allah, tiada Tuban selain Dia; Yang Maha Hidup Kekal, lagi terus menerus mengurus (rnakhluk-Nya): tidak mengantuk dan tidak pula tidur…). Al-Baqarah: 255).

Tanyakan pula kepada mereka, ayat Quran manakah yang lebih kuat hukumnya?" kata Umar memerintah.
Jawab Abdullah,
.
(Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi . kepada kaurn kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbualtn keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran)" (An Nahl; 16:9)
"Tanyakan kepada mereka, ayat Quran ma yang paling mencakup?" perintah Umar.
Jawab Abdullah,

("Barangsiapa mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula). (Al Zalzalah; 99:8).
"Tanyakan, ayat Al Qurañ manakah yang memberi kabar takut?" perintah Umar.
Jawab Abdullah,

(Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahaltn itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah)." (An Nisa; 4:123)
"Tanyakan pula, ayat Quran manakah yang memberikan harapan?" perintah Umar.

(Katalahl Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah; sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)." (Az Zumar; 39:53), jawab Abdullah.
Kata Umar, "Tanyakan! Adakah dalam kafilah kalian Abdullah bin Masud?"
Jawab mereka, "Ya, ada!!"

Abdullah bin Masud bukan hanya sekedar Qari (ahli baca) terbaik, atau seorang yang sangat alim, atau seorang abid yang sangat zuhud, tetapi dia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai muslim pertama yang mengumandangkan Al Quran dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu han para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah: Kata mereka, Demi Allah! Kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Quran kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?"

Jawab Abdullah,"Saya sanggup membacakannya di hadapan mereka dengan suara keras."
Kata mereka, "Tidak Jangan karnu! Kami kuatir kalau kamu yang membacakannya. Hendaknya seorang yang mempunyai famili, yang dapat mernbela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy
"Biarlah saya saja Allah pasti melindungi saya!" jawab Abdullah tak gentar.

Besok pagi kira-kira waktu dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk sekitar Kabah, Abdullah bin Masud berdiri di Maqarn Ibrahim, la1u dengan suara lantang dan merdu dibacanya Al Qur an:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Tuhan yang Maha Pernurah
Yang mengajarkan Al Quran..
Yang nienciptakan manusia
Yang mengajarkannya pandai berbicara ) (Ar Rah man: 1 — 4).
Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Kabah. Mereka terkesima merenungkannya. Kemudian mereka bertanya sesamanya, "Apakah yang dibaca Ibnu Ummi Abd (Abdullah bin Masud)?"
"Sialan dia! Dia membaca ayat-ayat yang dibawa Si Muhammad!" kata mereka setelah sadar.

Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Abdullah. Tetapi Abdullah terus saja membaca sampai habis. Kemudian Abdullah pulang menemui para sahabat dengan muka babak beIur dan berdarah.
"Inilah yang kami kuatirkan terhadapmu!" kata para sahabat kepada Abdullah.

Jawab Abdullah "Demi Allah! Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu tarnbah kecil di mata saya. Jika Anda menghendaki: besok pagi akan saya baca pula di hadapan mereka.
"Jangan! sudah cukup dahulu! Bukankah engkau sudah memperdengarkan kepada mereka ayat-ayat yang sangat mereka benci?" jawab mereka.

Abdullah bin Masud hidup sampai zaman Khalifah Utsman bin Affan memerintah. Ketika Abdulah hampir meninggal, Khalifah Utsman datang menjenguknya.

"Sakit yang engkau rasakan, hai Abdullah?" tanya Khalifah

"Dosa-dosaku," jawab Abdullah.

"Apa yang engkau inginkan?" tanya Utsman.

"Rahmat tuhanku," jawab Abdullah. "Tidalkkah engkau ingin supaya kusuruh orang membawakan gaji-gajimu yang tidak pernah engkau ambil selama beberapa tahun?" tanya Utsman.

"Saya tidak membutuhkannya," jawab Abdullah.

"Bukankah engkau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggal engkau?" kata Utsman.

"Saya tidak kuatir anak-anak saya akan hidup miskin. Saya menyuruh mereka membaca surat Al Waqi ah setiap malam. Karana saya mendengar Rasulullah bersabda, "sesiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya."

Pada suatu malam, Abdullah bin Masud pergi menemui Tuhannya dengan tenang. Lidahnya basah dengan dzikruilah, membaca ayat-ayat suci Al Quran. Dia telah berpulang ke rahmatullah.
Radhiyallahu anhu. Amin

0 komentar:

Post a Comment